Turning 28 is a unique milestone — a moment that sits comfortably between the vibrancy of youth and the growing sense of clarity about life’s direction. As I celebrate my 28th birthday, I’ve taken some time to reflect on the lessons, challenges, and triumphs that have defined my journey thus far.

Cc

Aku melihatmu dengan cara yang berbeda, apa jadinya jika kita tidak seperti sekarang? Kadang-kadang, aku tidak bisa menahan diri dan tertidur, tapi kenapa aku masih melihatmu bahkan saat aku menutup mata?

Aku ada di sini, aku sangat merindukanmu. Aku menunggu sangat lama. Aku tidak bisa mengejarmu, jadi aku hanya berdiri di sini. Bahkan setelah waktu berlalu, aromamu dalam ingatanku tidak berubah.

Kenangan tentangmu yang aku sembunyikan dalam-dalam, tapi kamu mengeluarkannya lagi tanpa kamu sadari.

Meskipun aku berpura-pura bukan apa-apa, aku takut perasaan sulitku akan ditemukan. Aku mencoba menyembunyikan mataku yang gemetar setiap melihatmu. Kamu masih sama, tapi wajahmu sangat asing.

Sekarang aku membencimu, aku tidak punya pilihan selain itu. Tapi kamu datang lagi setelah semuanya telah berubah. Aku merasa kecewa karena sebuah harapan yang aku bangun sendiri, rasanya semua jadi serba salah.

Hal sederhana jadi tidak masuk akal karena ternyata aku salah menaruh harap. Ada sesuatu yang salah dengan perasaan kita, dan sulit mengetahui jelas di mana titik yang harus diperbaiki, yang jelas perasaan mudah berubah saat kita jatuh. 

Kamu tidak akan pernah tahu apa yang aku rasakan, rasa sakitku seperti apa? atau kenapa aku kecewa? 

Sekarang semua terserah, jika keadaan ingin diubah menjadi lebih baik atau lebih buruk dari ini, karena semua sudah berubah dan tidak lagi sama. Ada begitu banyak hari ketika aku merasa seperti aku sendirian, aku tahu semua menjadi asing, namun aku sudah terbiasa dengan kegelapan ini.

Jika kita tidak bisa melihat dari hari esok, satu hal yang membuatku semangat adalah berpikir bahwa ada banyak hal baik menungguku.

Cc.