Kutipan Berjuta Rasanya, Tere Liye
“Hidup tetap indah meski tanpa penampilan fisik ‘hebat’ tersebut. Dulu indah, sekarang tetap indah, tidak peduli seberapa kali ukuran relatif cantik-jelek itu mengalami perubahan.”
“Apa yang pernah dibilang tetua bijak? Wanita selalu merasa ingin tampil cantik, apapun itu bentuk standar barunya.”
“Seseorang yang mencintaimu karena fisik, maka suatu hari ia juga akan pergi karena alasan fisik tersebut.”
“Demi segala janji kebaikan yang masih tersisa, ajarkan aku untuk selalu memiliki hati yang cantik, hati yang cantik… tidak peduli meski orang-orang tidak pernah sekalipun menyadari kecantikan hati tersebut.”
“Orang-orang yang jatuh cinta terkadang terbelenggu oleh ilusi yang diciptakan oleh hatinya sendiri. Ia tak kuasa lagi membedakan mana yang benar –benar nyata, mana yang hasil kreasi hatinya yang sedang memendam rindu.”
“Membiarkan hati membuat ilusi. Membiarkan hati menyimpulkan hal keliru – yang aku tahu benar itu semua semu.”
“Inilah yang disebut dengan sebenar-benarnya pertanda cinta. Bukan bualan hati yang direka-reka.”
“Aku sempurna tertikam oleh ilusiku sendiri. Pengkhianatan oleh hatiku yang sibuk menguntai simpul pertanda cinta.”
“Tentu saja semua orang bisa berubah. Tentu saja cinta yang besar bisa menjadi energi untuk membuat perubahan tersebut.”
“Malam-malam kuhabiskan dengan menyebut parasnya. Pagi-sore kubakar dengan meratapi tubuhnya. Dan siang kubunuh dengan membayangkan bisikan suaranya.”
“Aku semaput dalam perasaan rindu. Aku ingin menghambakan diri dalam pelukannya. Aku menginginkannya, tetapi tidak tahu harus mencarinya ke mana.”
“Kehidupan ini tak selalu memberikan kita pilihan terbaik. Terkadang yang tersisa hanya pilihan-pilihan berikutnya. Orang yang bahagia selalu berpegangan pada pilihan kedua yang terbaik, selalu berpegangan pada pilihan kedua yang terbaik… melupakan pilihan pertama yang tak pernah bisa kau capai.”
“Seluruh kenangan yang lebih lama lagi datang melibas seperti air bah. Melesat bagai anak panah. Terhujam dala relung-relung memoriku yang sudah lama terhapus.”
“Aku hanyalah pengembara cinta. Tersesat dalam perjalanan menyedihkan ini. Aku tak tahu lagi harus melangkah kemana. Aku tak tahu.”
“Kesombongan dan harga diri yang telah mencabut kewarasan sepasang pencinta. Kekuasaan dan kebanggaan atas akal sehat yang telah membinasakan sepasang kekasih.”
“Rasa sakit hati itu indah. Setidaknya patah hati memberikan sensasi bahwa kita memang masih hidup. Lagipula siapa bilang ditolak cinta itu tidak indah ? pikirkanlah dari sudut yang berbeda.”
“Dengan semua kenangan itu, bukan keputusan mudah untuk kembali. Seperti menoreh kembali luka yang sudah mongering. Menyakitkan.”
“Apakah cinta itu? Apakah ia sebentuk perasaan yang tidak bisa dibagi lagi? Apakah ia sejenis kata akhir sebuah perasaan? Tidak akan bercabang? Tidak akan membelah diri lagi? Titik? Penghabisan? Bukankah lazim seseorang jatuh cinta lagi padahal sebelumnya sudah berjuta kali bilang ke pasangan lamanya, ‘ia adalah cinta sejatiku!’.”
“Aku tidak ingin cintanya kembali karena dia merasa berhutang budi.”
“Pasangan-pasangan lain hari ini juga berpisah karena alasan-alasan sepele. Bosan. Merasa terkekang. Merasa pasangannya sudah berubah. Atau bahkan hanya karena alasan-alasan yang dicari. Apakah itu cinta kalau kau setiap saat bisa jatuh cinta lagi dengan gadus lain? Dengan pemuda lain?”
“Biarlah dewi-dewi menjadi saksi. Biarlah semua ini menjadi bukti cinta sejatinya. Dulu iya, sekarang masih, esok lusa pasti.”
“Percayalah, hal yang paling menyakitkan di dunia bukan saat kita lagi sedih banget tapi nggak ada satupun teman untuk berbagi. Hal yang paling menyakitkan adalah saat kita lagi happy banget tapi justru nggak ada satupun teman untuk membagi kebahagiaan tersebut.”
“Waktu itu seperti lingkaran nasib tanpa henti. Siang-malam, pagi-petang, sepanjang tahun tak pernah rehat. Dalam setiap kesempatan putaran nasibnya selalu terjadi tiga kemungkinan. Paralel, bergerak serentak.”
“Cinta. Seperti burung, ia akan membawamu terbang kemana saja. Membuatmu bisa memandang seluruh isi dunia dengan suka cita, bahkan terkadang kau merasa seluruh dunia ini hanya milikmu seorang.”
“Cinta. Ia seperti musik, tetapi cinta sejati akan membuatmu selalu tetap menari meskipun musiknya telah lama berhenti. Cinta sejati seperti hantu. Semua orang membicarakannya, tetapi sedikit sekali yang benar-benar pernah melihatnya.”
“Kau selalu bisa memberi tanpa sedikitpun memiliki perasaan cinta, tetapi kau takkan pernah bisa mencintai tanpa selalu memberi.”
“Cinta tidak memberikannya sepasang sayap indah. Ia bukan hanya tidak bisa terbang sekarang, untuk bergerak sedikitpun terasa menyakitkan sekali. Cinta tidak membuat ia merasa memiliki dunia ini, ia justru merasa kehadirannya didunia sia-sia belaka.”
“Cinta memang lebih mirip hantu, semua orang membicarakannya, tetapi sedikit sekali yang benar-benar pernah melihatnya. Dan ketika kau berhasil melihatnya kau lari sungguh ketakutan.”
Baca juga : Kutipan Lisa Kleypas Love, Come to Me
Terdapat berbagai macam cerita dalam buku ini, mungkin karena itu diberi judul ‘Berjuta Rasanya’ karena banyak sekali cerita cinta dengan rasa yang berbeda-beda. Entah kenapa saya pribadi kurang excited saat membaca buku ini, namun karya yang satu ini cukup menarik dan rekomendasi untuk di baca, karena terdapat banyak makna yang bisa dipetik didalamnya. Sekian dulu ya, sampai jumpa di post saya berikutnya..
Xoxo,
Chici
0 komentar